Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Kedaulatan Energi lewat "Gerilya" dan "Patriot Energi"

Kompas.com - 15/09/2021, 21:30 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo sejak periode awal pemerintahannya menggadang-gadang ketahanan dan kedaulatan energi melalui akselerasi energi baru terbarukan (EBT) dengan target bauran energi mencapai 23 persen di tahun 2025.

Tidak tanggung-tanggung, Presiden Jokowi meminta pengembangan energi baru terbarukan dipercepat hingga lima kali lipat.

"Pengembangan energi baru terbarukan harus dipercepat lima kali lipat pada tahun 2025 sehingga bauran energi baru terbarukan mencapai 23 persen," ujar Jokowi dalam rapat terbatas pembahasan rencana umum energi nasional di Kantor Presiden, Jakarta (22/6/2016).

Di hadapan Dewan Energi Nasional Presiden menyampaikan, untuk membangun ketahanan dan kedaulatan energi Indonesia maka program energi baru terbarukan menjadi keniscayaan yang tidak bisa lagi terus ditunda.

"Kita tidak bisa lagi menunda program energi baru terbarukan," tegas Presiden Joko Widodo kala itu.

Kini, lima tahun sejak target bauran EBT dicanangkan, akselerasi capaian 23 persen masih menjadi PR besar Indonesia dalam mewujudkan ketahanan dan kedaulatan energi nasional.

Pada medio Januari 2021 Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana melaporkan, realisasi porsi EBT terhadap bauran energi nasional tahun 2020 masih berada di angka 11,51 persen.

Angka tersebut masih di bawah dari target yang telah ditetapkan, yakni sebesar 13,4 persen. Dadan masih optimis melihat pertumbuhan bauran EBT sebesar 2,36 persen dari tahun 2019 ke 2020.

“Angkanya masih cukup panjang mencapai 23 persen,” ungkap Dadan dalam konferensi pers virtual, dikutip Jumat (15/1/2021).

Baca juga: Kurangi Ketergantungan Bahan Bakar Fosil, Nadiem Luncurkan Program Gerilya untuk Mahasiswa

Potensi PLTS genjot bauran energi

Lebih jauh, Dadan Kusdiana menyatakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memiliki potensi besar menjadi primadona transformasi energi konvensional berbasis fosil ke energi baru terbarukan.

Dadan melihat sejumlah kelebihan PLTS dibanding sumber EBT lainnya, seperti kecepatan dan kemudahan pembangunan pembangkit.

"Kan ini ada di mana pun, tidak terlalu sulit untuk studi kelayakan membangun PLTS, apalagi untuk di atas atap," jelas Dadan seperti dikutip Kompas.com, pada Rabu (17/2/2021).

Dalam grand design strategi energi nasional jangka menengah hingga tahun 2035 Kementerian ESDM, PLTS akan mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan energi di masa mendatang melalui pemberian insentif khusus. 

Melalui pemanfaatan PLTS, Pemerintah berharap dapat meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi dengan berpijak kepada energi bersih. PLTS juga diproyeksi bisa menjadi solusi dalam mengejar rasio elektrifikasi melalui konversi PLT Diesel ke PLT EBT. 

Dalam diskusi "Tujuan Pembangunan Berkelanjutan" yang diadakan SUN Energy secara daring, Kamis (3/6/2021), Hendro Martono, Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian mengungkapkan potensi PLTS dalam menggenjot capaian bauran EBT 23 persen sangat besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com