Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa, Ketahui Pekerjaan yang Akan Hilang karena Teknologi

Kompas.com - 13/09/2021, 11:16 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengatakan era Society 5.0 menghasilkan banyak transformasi dan disrupsi digital. Hal ini bisa menjadi peluang, sekaligus menjadi ancaman bagi sumber daya manusia khususnya generasi milenial.

"Pada tahun 2005, 10 perusahaan terbesar di dunia merupakan perusahaan yang bergerak pada pengelolaan sumber daya alam, namun saat ini 7 dari 10 perusahaan terbesar di dunia merupakan perusahaan yang berbasis pada teknologi," ujarnya dalam webinar Career Talk UI 2021 yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), beberapa waktu lalu.

Data tersebut, lanjut Erick, mengindikasikan bahwa saat ini telah terjadi pergeseran tren ekonomi, dari berbasis industri menjadi berbasis teknologi digital.

Baca juga: Lulusan dari 10 Jurusan Kuliah Ini Paling Dibutuhkan Dunia Kerja

Pekerjaan yang akan hilang dan akan bersinar

Itulah mengapa, Erick menyebut di masa depan beberapa pekerjaan konvensional akan hilang.

Pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang tersebut antara lain post man, teller bank, kasir, customer service, supir, librarian, dan beberapa pekerjaan lainnya.

Meski begitu, lanjut dia, akan muncul juga beberapa pekerjaan baru, seperti software developer, computer system analyst, web developer, information security analyst, programmer, dan IT manager.

Bahkan, menurut dia saat ini juga telah terjadi pergeseran tren minat pekerjaan. Banyak generasi muda saat ini yang lebih berminat sebagai entrepreneur, daripada bekerja sebagai pegawai swasta ataupun pegawai negeri.

Berawal dari kondisi tersebut, dia menambahkan saat ini pemerintah sedang gencar mengupayakan hilirisasi industri teknologi yang bertujuan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dengan negara lain, terutama dalam bidang perusahaan rintisan (startup).

Sebagai perbandingan, saat ini Amerika Serikat memiliki 207 unicorn (startup dengan pembiayaan investor tertinggi) dan Cina memiliki 145 unicorn.

Baca juga: 10 Pekerjaan yang Bakal Naik Daun di Indonesia 5 Tahun Mendatang

Harapannya pada tahun 2045, Indonesia mampu memiliki 25 perusahaan unicorn berskala global karena dengan jumlah penduduk 270 juta jiwa, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan unicorn yang diperkirakan bisa menyumbangkan 18 persen dari nilai pendapatan domestik bruto suatu negara.

Untuk menyesuaikan dengan berbagai perkembangan zaman tersebut, Erick berharap agar universitas dapat mengubah pola pembelajaran konvensional di ruang kelas, dan memberikan kesempatan bagi mahasiswanya untuk mengikuti pembelajaran di luar kampus seperti yang terdapat pada program Kampus Merdeka.

Menurutnya, hal ini merupakan suatu keniscayaan karena di masa depan, kemampuan yang dibutuhkan tenaga kerja adalah hal-hal yang bersifat soft skill yang tidak bisa didapatkan di ruang kelas semata.

Pihaknya juga meminta para akademisi untuk duduk bersama dengan berbagai pemangku kebijakan seperti pemerintah dan industri untuk membuat suatu road map agar terjadi kesinambungan antara kampus dan dunia kerja karena dua hal ini tidak bisa dipisahkan.

Ia juga mendorong generasi milenial untuk terus melakukan inovasi dan adaptasi agar di masa depan, lapangan pekerjaan yang ada tidak diambil oleh pihak asing sebagai akibat dari persaingan pasar bebas.

Baca juga: Beasiswa S1 Oxford-Cambridge 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan Hidup

“Tugas pemerintah itu menjaga avaibility jobs, namun generasi muda juga harus meningkatkan capability yang ada pada diri kalian,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com