Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UGM Inovasi Limbah Masker Medis Jadi Bahan Organik

Kompas.com - 07/09/2021, 09:21 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Masker medis kini banyak dipakai oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan. Maka tak heran jika limbah masker medis menjadi banyak.

Untuk mengurangi limbah masker medis, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan tempat sampah ramah lingkungan yang dapat mengolah limbah masker medis menjadi bahan organik.

Menurut ketua tim pengembang, Muhammad Ardillah Rusydan, tempat sampah ini dibuat dengan menambahkan agen biodegradasi berupa mikroba Pseudomonas aeruginosa.

Baca juga: Akademisi UGM: Ini Jenis Makanan yang Tepat bagi Penderita Diabetes

"Proses pengolahan sampah masker medis ini menggunakan cara yang paling ramah lingkungan karena tidak meninggalkan bahan yang sulit terurai di lingkungan," ujar Ardillah seperti dikutip dari laman UGM, Senin (6/9/2021).

Dijelaskan, limbah masker akan diurai oleh mikroba dalam waktu sekitar 10-14 hari. Meski proses degradasi memakan waktu yang lama, tetapi dengan pengembangan alat melalui beberapa proses dapat mempercepat proses degradasi.

"Proses pemanasan dan penambahan nutrient serta penambahan jenis mikroba akan dapat mempercepat proses degradasi dari sampah masker medis," terang mahasiswa Fakultas Biologi.

Adapun tempat sampah itu dikembangkan Ardillah bersama Gizela Aulia Agustin (Biologi), Isthafaina Dea Fairuz (Gizi Kesehatan), dan Asyifa Rizki Daffa (Teknik Nuklir 2020).

Tempat sampah itu lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM di bawah bimbingan Dr. Endah Retnaningrum, S.Si., M.Eng. Tempat sampah dirancang dengan ukuran 29x14x100 cm berkapasitas 28,5 L.

Baca juga: Mahasiswa UGM Olah Kulit Salak Jadi Permen Antidiabetes

Dijelaskan, tempat sampah dilengkapi dengan shredder yang berada pada bagian atas yang berfungsi untuk mencacah masker medis menjadi cacahan kecil.

Lalu, di bagian bawah shredder terdapat sensor ultrasonik yang telah disambungkan dengan mikrokontroler dan sprayer.

Dengan begitu saat cacahan masker jatuh melewati sensor tersebut maka secara otomatis sprayer yang telah terisi dengan larutan bakteri akan menyemprotkan larutan tersebut ke arah cacahan masker medis.

Kemudian di bagian dasar tempat sampah didesain sedemikian rupa agar cacahan masker yang telah terdegradasi oleh mikroba akan masuk ke tabung penampungan.

Sementara Asyifa menambahkan penanganan yang selama ini dilakukan masih belum terlalu efektif karena masih menghasilkan polusi dan sulit untuk dijangkau oleh masyarakat luas.

Bahkan, berdasarkan Life Cycle Assesment (LCa) disebutkan bahwa proses insinerasi menyebabkan banyak kerusakan lingkungan.

Selain itu dalam prosesnya juga memerlukan penggunaan air yang banyak dan buangan dari insinerator menghasilkan partikel yang berbahaya bagi pernapasan makhluk hidup.

Karenanya diperlukan sebuah terobosan serta inovasi alat pengolahan sampah medis yang dapat dicapai oleh masyarakat luas dengan pengelolaan yang hanya menghasilkan sedikit polusi sehingga ramah lingkungan.

Baca juga: Jadi Obat Herbal Antivirus SARS-CoV-2, Mahasiswa UGM Teliti Tanaman Pegagan

"Oleh karena itu, kami memanfaatkan mikroorganisme dengan kemampuan mendegradasi bahan anorganik dan mengubahnya menjadi bahan organik," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com