Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Cara KKN ITS Maksimalkan Potensi Desa Wisata di Bali

Kompas.com - 22/06/2021, 17:30 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bali dikenal dengan keindahan alamnya yang menawan. Salah satu desa wisata di Bali, Desa Tihingan belum memiliki dokumen perencanaan fisik dan konsep desa wisata yang akan ditawarkan.

Untuk memaksimalkan potensi alam dan industri di desa wisata tersebut, sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) turut berkontribusi melalui program Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) selama empat bulan mendatang.

Ketua tim Abmas Desa Tihingan, Prof. Ketut Buda Artana mengungkapkan, Desa Tihingan telah kondang akan potensi keindahan alamnya.

Selain itu, Desa Tihingan juga dikenal sebagai pusat pengrajin gamelan Bali di tingkat nasional hingga internasional.

Baca juga: Intip Peluang Kerja Lulusan FPIK Undip, Ada Program Menyelam Juga Lho

Maksimalkan potensi desa wisata Tihingan

Mengusung tema Penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Melalui Pengembangan Unit Bisnis Wisata Alam Dan Budaya Di Desa Tihingan, Banjarangkan, Klungkung-Bali, kegiatan ini diikuti oleh 15 mahasiswa dan sembilan dosen lintas departemen di ITS.

Tim KKN ITS melakukan survei dengan melibatkan wakil dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undhiksa) dan Universitas Warmadewa. Tim KKN ITS kemudian menemukan beberapa potensi konsep desa wisata yang akan dicoba lebih lanjut.

Baca juga: UPN Jogja Buka Prodi Magister Pertambangan, Cek Syarat dan Biayanya

Konsep yang ditawarkan tim KKN ITS, antara lain:

1. Eduwisata Merdeka Belajar (EMB).

2. Fasilitas jogging/tracking/cycling yang akan memanfaatkan kealamian dan keindahan alam setempat.

Manfaatkan kearifan lokal

Menurut Ketut, konsep EMB ini diharapkan akan memanfaatkan kearifan lokal. Pasalnya, sarana rumah yang dimiliki warga desa akan digunakan sebagai homestay .

Baca juga: Ini Perlengkapan yang Harus Dibawa Saat Ikuti PTM Terbatas

Dalam kerangka pembelajaran di ruang terbuka akan diakui sebagai credit earning ataupun pemenuhan kegiatan kurikuler bagi siswa SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi.

Dengan menggunakan materi tentang budaya, kesenian, pertanian, hingga peternakan akan menjadi konten utama dalam proses pembelajaran di alam terbuka.

Selain itu, kegiatan ini akan dibimbing oleh instruktur lokal yang merupakan guru-guru dari desa setempat.

"Peserta eduwisata akan melakukan eksplorasi dalam konten tertentu dan akan diakomodasi dalam homestay yang dimiliki oleh penduduk dan dikelola BUMDes," kata Ketut seperti dikutip dari laman ITS, Selasa (22/6/2021).

Ada pelatihan berjenjang

Kedepan akan ada program pelatihan berjenjang bagi para instruktur untuk mempersiapkan beberapa hal. Mulai dari penetapan standar pelayanan homestay, standar kebersihan, standar kurikulum Merdeka Belajar serta standar penyediaan makanan dan lainnya.

Baca juga: Tips Belajar Bahasa Inggris ala Alumni Unikama

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com