Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengenal Gejala dan Dampak "Burnout" pada Guru

Kompas.com - 21/06/2021, 11:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Supi C Nadyastuti, Heni Mularsih, dan Sri Tiatri

KOMPAS.com - Tahun ajaran baru pada bulan Juli nanti sudah di depan mata. Angin segar pembelajaran tatap muka mulai "berembus".

Namun, dampak pandemi pada wajah pendidikan Indonesia masih menyisakan beberapa masalah krusial terkait pentingnya kesehatan mental para pelaku pendidikan.

Guru salah satunya, sebagai salah satu faktor penunjang utama kegiatan pembelajaran, "kekagetan budaya kerja" saat pandemi memunculkan berbagai tuntutan baru pemicu stres kerja yang berpotensi mengganggu kualitas kesehatan mental mereka selama melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Perubahan metode pembelajaran dari luring ke daring, kita ketahui telah memunculkan berbagai masalah, di antaranya kendala waktu belajar yang tidak menentu dan kebiasaan baru penggunaan teknologi sebagai media belajar (pengelolaan kelas online).

Perubahan itu juga mencakup sistem baru penilaian dan pelaporan hasil belajar siswa, serta tuntutan kerjasama dan komunikasi yang lebih baik dengan orangtua sebagai pendamping anak belajar di rumah (Husna, 2020).

Dalam sebuah survei yang dilakukan di New York, dilaporkan telah muncul banyak bukti menguatkan bahwa selama pandemi Covid-19, telah terjadi tekanan pada guru baik secara pribadi, terkait pekerjaan dan daya tanggap emosional mereka, yang secara tidak langsung memengaruhi proses pembelajaran.

Beberapa guru bahkan mengaku mengalami reaksi emosi kemarahan, agresi, kecemasan, penarikan diri dari interaksi sosial, dan penurunan kompetensi sosial secara keseluruhan (Nagasawa & Tarrant, 2020).

Baca juga: Jelang PTM Terbatas, Guru Perlu Perhatikan Penyusunan Jadwal Kelas

Sebut saja guru X, dirinya merasa kini kondisi emosionalnya cenderung labil, sering mengalami kelelahan fisik, mudah tersinggung, mudah marah tanpa alasan, terkuras energi dan emosi karena tuntutan pekerjaan yang tinggi, serta banyaknya idealisme mengajar yang tidak sesuai dengan realitas di lapangan.

Guru X mengaku sudah tidak memiliki semangat lagi untuk melakukan tugas-tugasnya, mengabaikan perawatan diri dan bahkan dirinya kini enggan untuk sekedar bersosialisasi dengan teman-teman.

Perubahan perilaku ini sesungguhnya sesuai dengan gejala sindrom teacher burnout (TBO) atau burnout pada guru.

Sayangnya, belum banyak guru yang mampu mengenali gejala dan apa dampak yang dapat ditimbulkan oleh sindrom burnout tersebut kepada mereka.

Apa itu sindrom burnout?

Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Christina Maslach tahun 1996 sebagai sebuah sindrom kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi (depersonalization), dan penurunan prestasi pribadi (reduce of personal accomplishment) yang dapat terjadi pada individu yang bekerja dengan orang lain dalam "kapasitas tertentu" (Maslach et al., 1996, dalam Maslach, 2008).

Mari kita kenali gejala sindrom burnout pada guru, melalui tiga dimensi yang ada sesuai dari pengertian yang diberikan oleh Christina Maslach dan perilaku yang muncul pada guru.

Pertama, gejala burnout yang terkait dengan dimensi emotional exhaustion (EE) (kelelahan emosi) adalah kondisi menipisnya sumber daya kapasitas emosional indvidu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com