Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Junk Food Bukan Penyebab Utama Kegemukan? Ini Kata Dokter Unair

Kompas.com - 10/06/2021, 17:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah obesitas, kadang dikaitkan dengan konsumsi makanan siap saji. Banyak orang menganggap pengurangan konsumsi junk food atau fast food cukup untuk mengatasi obesitas.

Ternyata, junk food bukan faktor utama seseorang mengalami obesitas. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Universitas Airlangga (Unair), Hermina Novida, mengatakan ada beberapa hal yang dapat memengaruhi berat badan seseorang. Pertama, kalori yang masuk jauh lebih banyak dari yang keluar.

“Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi penumpukan kalori, yang kemudian berubah menjadi lemak dan berujung pada obesitas,” ungkapnya dilansir dari laman unair.ac.id.

Kedua, obesitas dapat disebabkan oleh kondisi lain yang tidak melulu berkaitan dengan asupan makanan.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

Junk food yang sering dipersepsi, sama dengan fast food nyatanya berbeda. Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang disiapkan agar bisa segera dikonsumsi, sehingga tidak semua fast food adalah junk food.

Sedangkan junk food sendiri merupakan makanan yang kaya akan gula, garam, kalori, lemak jenuh dan memiliki kandungan gizi yang minim.

Bila berlebihan mengonsumsi makanan jenis ini, maka akan menyebabkan penumpukan gula, garam dan lemak yang memicu kenaikan berat badan atau obesitas.

”Sehingga junk food memang bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kegemukan atau obesitas. Namun perlu diperhatikan juga penyebab lain selain dari asupan makanan,” sebut Dr. Hermina.

Sementara itu, menurut dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Unair tersebut, asupan junk food yang berlebihan dapat menjadi penyebab obesitas, namun tidak semua obesitas disebabkan oleh asupan makanan.

“Keadaan hipotiroid, gangguan hormon adrenal atau kondisi-kondisi tertentu juga bisa menyebabkan kegemukan,” jelasnya.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Menurutnya, mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik merupakan kunci dari menurunkan berat badan. “Bila obesitas, sebaiknya asupan kalori diturunkan sebanyak 500-1000 kalori dari asupan normal,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, kandungan gizi dalam makanan juga harus diperhatikan. Karbohidrat simpel yang banyak mengandung gula sebaiknya diganti sayur dan karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat.

Selain itu, mengonsumsi air putih, menghindari minuman bergula, dan meningkatkan aktivitas fisik, juga merupakan perilaku yang mendorong penurunan berat badan.

“Kalau yang disarankan, untuk obesitas sebaiknya melakukan olahraga selama 30-45 menit perhari, sebanyak lima hari perminggu dengan intensitas sedang. Namun jika pasien obesitas ingin turunnya lebih banyak, maka dapat ditingkatkan menjadi 45-60 menit perhari, selama 5-6 hari perminggu,” jelasnya.

Sebelum melakukan program penurunan berat badan, pasien sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lain yang mendasari obesitas dan adanya pantangan tertentu dalam aktivitas fisik dan diet.

Baca juga: Pakar IPB: Khasiat Tanaman Porang, Cegah Kanker dan Gula Darah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com