Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditjen Dikti dan PII: Indonesia Masih Membutuhkan Banyak Insinyur

Kompas.com - 06/05/2021, 17:23 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Memasuki era Masyarakat 5.0 atau Society 5.0, Indonesia masih membutuhkan banyak tenaga profesional sains, teknologi dan juga insinyur. Sayangnya rasio ideal jumlah insinyur di Indonesia belum terpenuhi.

Hal ini diungkapkan Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek, Prof. Nizam, dalam webinar bertajuk “Menjadi Insinyur Profesional Menuju Society 5.0” di Universitas Bengkulu, pada Rabu (5/5/2021).

Prof. Nizam mengungkapkan data, jumlah insinyur per 1 juta penduduk di Indonesia masih sangat rendah di bandingkan negara asia lain.

Indonesia baru memiliki 2.671 insinyur untuk per 1 juta penduduk, dibandingkan Malaysia yang jumlahnya mencapai 3.333 insinyur, Vietnam 9.037 insinyur, dan Korea Selatan 25.309 insinyur.

“Jika kita tidak bisa menaikan jumlah mahasiswa teknik di perguruan tinggi dan menetak insinyur masih dalam hitungan sedikit, bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah dunia. Tentunya masalah ini terus menjadi perhatian,” ujarnya.

Prof. Nizam juga menyebut, menyongsong era Society 5.0, perguruan tinggi dituntut menyiapkan diri dalam merombak pola pendidikan yang sudah dilaksanakan dengan kompetensi yang sangat baku agar pendidikan terus berkembang.

Perguruan tinggi, menurutnya, harus berani memasuki zona tidak nyaman dengan kompetensi yang belum diketahui. “Para Insinyur, Sains, dan teknologi yang harus siap dan bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan di muka bumi,” tegasnya.

Baca juga: Sekretaris Ditjen Dikti: Perguruan Tinggi Jadi Lokomotif Penurunan Angka Stunting

Insinyur membangun peradaban

Peran penting insinyur dalam membangun peradaban ini juga ditekankan Ketua Umum PII (Persatuan Insinyur Indonesia) Heru Dewanto.

“Keberhasilan untuk mengatasi masalah bumi tergantung pada insinyur, artinya kita harus siap untuk menyelamatkan bumi kita, kita semua para insiyur, harus bisa mengatasi probrlem yang diciptakan sendiri," ujar Heru.

Ia melihat, dalam konsep Society 5.0 insinyur tidak hanya bertugas menghasilkan inovasi untuk memajukan peradaban, tetapi juga merumuskan masyarakat dunia seperti apa yang diinginkan.

Adanya industri ini, tambah Heru, akan memberikan ruang imajinasi bagi akademisi dalam membayangkan harapan masyarakat untuk ke depannya dan mendorong perubahan sosial dengan membentuk peradaban.

Menurutnya, tugas insinyur ialah menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada. Sehingga tugas insinyur atau pendidikan teknik ialah menghasilkan para kreator atau para pencipta berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik.

“Inilah makna sesungguhnya dari Society 5.0. Kita harus menentukan terlebih dahulu apa yang kita inginkan di masa depan dengan menggunakan seluruh kemampuan teknologi dan bagaimana kita mencapainya," jelasnya.

Ia melanjutkan, "jika dulu umat manusia mengikuti teknologi yang sudah ada, sekarang berbeda, teknologi diciptakan sesuai kebutuhan manusia."

“(Dan) jika Indonesia ingin menyelesaikan masalah di era society 5.0 ini yang pertama dilakukan adalah memperkuat infrastruktur connectivity,” pungkas Heru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com