Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profesor IPB: Ini Penyebab Keracunan dari Makanan Siap Saji

Kompas.com - 06/05/2021, 16:26 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pangan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap untuk disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha.

Walaupun ketentuan dalam pengolahan pangan siap saji telah ditetapkan melalui peraturan pemerintah, namun tidak sedikit pelaku usaha yang mengolah secara sembarang.

Baca juga: Bagi yang Suka Berutang, Ini 9 Tips Menguranginya ala Pakar IPB

Pengolahan pangan secara sembarang dapat menimbulkan risiko kesehatan akibat cemaran atau kontaminasi yang dihasilkan selama prosesnya.

Menanggapi hal itu, Dosen dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Prof. Harsi D Kusumaningrum membagikan ilmu mengenai risiko kontaminasi staphylococcus aureus pada pangan siap saji.

Dia menjelaskan, pengolahan pangan siap saji sangat beragam serta berasal dari bahan baku yang beragam.

Selain menggunakan bahan baku yang aman dan berkualitas, pelaku usaha juga harus menerapkan praktik higiene personal dan memberlakukan proses pengolahan yang baik sesuai lima kunci utama WHO dalam keamanan pangan.

Dalam proses pengolahan pangan siap saji, hal yang mempengaruhi mutu dan keamanan pangan ialah proses pengemasan yang dipengaruhi oleh lama penyimpanan dalam suhu ruang.

Berdasarkan aturan WHO, batas aman penyimpanan pangan siap saji dalam suhu ruang, yakni dua jam.

Kenyataan saat ini masih banyak pelaku usaha yang menyimpan pangan di suhu ruang lebih dari dua jam.

Baca juga: Puasa Ternyata Bisa Bikin Awet Muda, Ini Penjelasan Dosen IPB

Padahal perkembangbiakan bakteri tergolong pesat, yakni dapat membelah diri setiap 12-20 menit. Dengan kecepatan itu, satu sel bakteri dapat menghasilkan jutaan sel dalam sehari.

Dengan kenyataan itu, kata dia, maka bisa saja terjadi keracunan pangan dan infeksi pangan akibat jumlah mikrobanya yang banyak.

"Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri yang dapat menghasilkan toksin sehingga menyebabkan keracunan pangan," ungkap dia melansir laman IPB, Kamis (6/5/2021).

Hal unik dari bakteri tersebut adalah dapat menghasilkan toksin berjenis enterotoksin. Bakteri itu dapat mudah ditemukan pada pangan olahan daging, telur, susu, olahan tuna dan sebagainya.

Namun masih sulit untuk memusnahkan bakteri itu pada pangan olahan, karena tidak semua produk melalui proses sterilisasi.

"Tidak heran bila masih terdapat banyak kasus keracunan pangan yang dilaporkan berbagai media, terutama pangan olahan rumah tangga seperti nasi bungkus," jelas dia.

Dia menuturkan, untuk mengurangi risiko kontaminasi mikroba pangan siap saji dapat dilakukan melalui penyuluhan berkelanjutan, pelibatan masyarakat termasuk media massa, pengawasan berkelanjutan, serta evaluasi kinerja.

Upaya tindak lanjut, itu sambung dia, sebagian besar telah dilakukan rutin setiap tahunnya, namun kasus keracunan pangan masih saja terjadi.

Oleh karena, masyarakat harus meningkatkan kesadaran terhadap keamanan pangan, agar lebih terjaga dalam memakan pangan siap saji.

Baca juga: Profesor IPB: Lebih dari 200 Penyakit Ditularkan Lewat Makanan

"Perubahan sikap ataupun awareness terhadap makanan siap saji harus diperhatikan," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com