Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditjen Dikti: Kampus Merdeka, Mahasiwa Upgrade Skill di Luar Perkuliahan

Kompas.com - 27/02/2021, 14:06 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) harus dimanfaatkan mahasiswa seoptimal mungkin.

Melalui program Kampus Merdeka, Kemendikbud memberikan wadah kepada perguruan tinggi untuk belajar dimanapun dan difasilitasi secara maksimal oleh negara.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Dr. Paristiyanti Nurwandani, beberapa fasilitas yang diberikan melalui program Kampus Merdeka ini ada banyak, diantaranya:

1. Pertukaran pelajar
2. Magang atau praktik kerja
3. Asistensi mengajar di satuan pendidikan
4. Penelitian atau riset
5. Proyek kemanusiaan
6. Kegiatan wirausaha
7. Studi atau proyek independen
8. Membangun desa melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT)

"Jadi, Kampus Merdeka sebagai program holistik, menekankan pengembangan kapasitas sekaligus pemberdayaan mahasiswa. Misalnya bisa magang dengan ekuivalen nilai 20 SKS, mengajar di daerah dan mendapat uang saku, serta banyak lainnya. Jadi jangan sampai mahasiswa menyia-nyiakan kesempatan emas ini," ungkap Dr. Paristiyanti dalam webinar hari jadi ke-18 Sentra Vidya Utama (Sevima), Jumat (26/2/2021).

Baca juga: Mahasiswa Ingin Dapat Tunjangan Rp 750.000/Bulan? Coba Beasiswa KSE

Mahasiswa harus tingkatkan softskill

Dr. Paristiyanti Nurwandani mengungkapkan, dalam penerapan Kelas Merdeka juga selalu dibersamakan dengan tujuan untuk mencapai Indonesia Jaya. Menurutnya, frasa Indonesia Jaya tersebut merupakan salah satu bentuk kebijakan baru dari Dirjen Pendidikan Tinggi.

Keduanya diimplementasikan secara bersama akan membentuk semangat baru bagi pendidikan di Indonesia menuju Indonesia Jaya yang berakhlak mulia.

Hal-hal tersebut dinilai penting, karena Kelas Merdeka menekankan pada kemampuan soft skill. Seperti akhlak mulia, karakter, dan kesehatan.

Berbeda dengan fokus dunia pendidikan yang selama ini cenderung menekankan Ijazah, Nilai IPK, dan Transkrip Nilai.

Baca juga: Cegah Kecelakaan Kerja, Mahasiswa UMM Ciptakan Sarung Tangan Safety

"Kenapa soft skill dan kampus merdeka ini penting? Untuk mengalihkan kesalahan mahasiswa yang selama ini berfokus pada transkrip, transkrip, dan transkrip. Di dunia kerja, yang penting skill," tegas Dr. Paristiyanti Nurwandani.

Upgrade skill di luar perkuliahan

Program Kampus Merdeka disiapkan untuk melatih mahasiswa agar bisa beradaptasi dan meng-upgrade skill-nya di luar perkuliahan. Ketika mahasiswa mulai memasuki semester 4, mereka diharapkan mampu mengasah minat dan bakat mereka sesuai dengan tujuan dan kepentingan masing-masing.

"Melalui program Kampus Merdeka ini diharapkan mahasiswa mampu mengasah minat dan bakat mereka ketika memasuki semester 4. Mereka bisa memenuhi skill sesuai dengan tujuan dan kepentingan sesuai tujuan masing-masing," beber Paristiyanti.

Baca juga: Dosen Unsoed Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Jeruk

Menurutnya, agar mahasiswa mudah meraih mimpinya, mereka mulai merancang cita-citanya dari semester 5. Ini diharapkan agar mahasiswa sudah siap dengan kehidupan pascakampus. Dengan demikian, mahasiswa bisa memilih program-program pendidikan yang mereka kehendaki di luar kelas.

Bahkan untuk mendukung mahasiswa berkarya di luar kelas, negara siap memfasilitasi. Misalnya untuk industri yang mengakomodasi pemagangan berbasis vokasional, diberikan Super Deduction Tax (Diskon Pajak) sebesar 200 persen dari nilai biaya pendidikan.

"Ada juga program Kedaireka, di mana Kemendikbud mendanai Matching Fund yakni biaya fasilitasi industri dan perguruan tinggi. Supaya civitas kampus bisa mengerjakan proyek dan konsultasi di dunia industri," paparnya.

Kolaborasi perguruan tinggi dengan industri

Direktur Utama Sevima Sugianto Halim menyampaikan, kolaborasi seperti ini sudah dinantikan oleh pihak industri. Bahkan, pihaknya sudah sempat menawarkan kepada dosen maupun civitas akademik kampus untuk bekerja di perusahaan yang dipimpinnya sebagai Tenaga Ahli, Terampil, maupun dalam kapasitas konsultasi.

"Nah, masalah dosen di masa lampau adalah dilema terkait tugasnya di kampus yang tidak dapat ditinggalkan maupun bertentangan dengan ajakan untuk membantu industri. Melalui program Kampus Merdeka, hal ini justru akan difasilitasi dan dijadikan tugas dosen," ungkap Sugianto Halim.

Baca juga: Dosen UGM Kembangkan Spons Laut dan Minyak Atsiri sebagai Antiinfeksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com