Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Usia 79 Tahun Raih Gelar Doktor di ITB

Kompas.com - 27/12/2020, 13:49 WIB
Dian Ihsan,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Umur hanyalah sebuah angka. Ungkapan itu sepertinya menggambarkan semangat Tjutju Widjaja, mahasiswa pascasarjana Ilmu Seni Rupa dan Desain FSRD ITB yang berhasil memperoleh gelar doktoral (S3) pada usianya yang ke-79 tahun.

Tjutju meraih gelar doktor pada Kamis (10/12/2020). Dia merupakan seniman di bidang seni lukis dan kaligrafi dari Kota Bandung. Saat ini, Tjutju merupakan salah satu Dosen Luar Biasa Universitas Kristen Maranatha, Kota Bandung.

Baca juga: Pakar UGM: Temuan Baru Covid-19 Belum Tentu Berbahaya

Tjutju membuktikan bahwa usia lanjut tidak menjadi halangan untuk terus mengejar ilmu. Pada usia 67 tahun, Tjutju memperoleh gelar sarjana di bidang seni lukis dari perguruan tinggi Universitas Kristen Maranatha dan melanjutkan pendidikan magister dan doktoralnya di ITB pada tahun 2010 dan 2017.

Ibu 6 anak ini mengangkat tema disertasi berjudul Representasi Feminisme Kelenteng Perempuan dan Zhai Ji (Pendeta Perempuan) di Bandung yang dibimbing oleh Setiawan Sabana, Adriati, serta Rudy Harjanto dari Universitas Prof Dr Moestopo Beragama.

Sidang terbuka doktoral Tjutju Widjaja juga dihadiri oleh Yasraf Amir Piliang sebagai Ketua Sidang dan tiga penguji lainnya yaitu Andryanto Rikrik Kusmara, Nurdian Ichsan serta Ariessa Pandanwangi dari Universitas Kristen Maranatha.

Tema disertasi Tjutju menjelaskan tentang kelenteng perempuan, Zhai Ji (pendeta perempuan), Buddhisme. "Sewaktu saya kecil, saya memiliki kenangan mengunjungi kelenteng perempuan dan terdapat pendeta perempuan atau Zhai Ji," ujarnya.

Menurut Tjutju, Zhai Ji merupakan perempuan terpinggirkan namun tetap bisa menjadi manusia yang bermanfaat untuk kegiatan spiritual, sosial, dan pendidikan kaum perempuan yang terpinggirkan.

Selain itu, kelenteng perempuan menjadi tempat berlindung bagi perempuan yang bermasalah di rumah tangga maupun tempat bernaung anak-anak perempuan yang dibuang oleh keluarganya.

Baca juga: BNN Ajak Mahasiswa ITB Perangi Kejahatan Narkoba Lewat Digital

"Kehidupan Zhai Ji dan keberadaan kelenteng perempuan memberikan inspirasi saya untuk membuat seni rupa," ungkap dia melansir laman ITB, Minggu (27/12/2020).

Tak hanya itu, kata dia, disertasi yang digarap oleh Tjutju memiliki tujuan untuk mengapresiasi dan memberikan visualisasi kehidupan dan kontribusi Zhai Ji melalui karya seni supaya masyarakat dapat menghargai keberadaan Zhai Ji melalui karya seni.

Banyak karya seni yang diciptakan

Dia mengaku, proses penciptaan karya seni periode pertama yang dilakukannya berlandaskan hasil penelitian terhadap artefak sebagai nilai seni dan kehidupan Zhai Ji sebagai nilai budaya.

"Penelitian tersebut dilakukan di sebuah kelenteng di Kota Bandung. Hasil penelitian tersebut dielaborasikan dengan teori estetika feminis," jelas dia.

Selanjutnya, Tjutju melakukan evaluasi pada karya seni periode pertama untuk menghasilkan karya seni yang lain.

"Di Tiongkok, seni kaligrafi merupakan domain laki-laki. Maka dari itu saya menciptakan beberapa kaligrafi sebagai metafora untuk kesetaraan gender di bidang pendidikan, sosial masyarakat, maupun aspek lainnya," ungkap Tjutju.

Penggunaan Patung Guan Yin sebagai media kaligrafi adalah salah satu representasi Zhai Ji. Guan Yin sendiri merupakan salah satu dewi yang sangat dihormati oleh Zhai Ji dan masyarakat Tionghoa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com