Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lumpur Lapindo Jadi Batu Bata Ramah Lingkungan oleh Mahasiswa FT UI

Kompas.com - 07/09/2020, 11:33 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Bencana lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, sejak 29 Mei 2006, sampai sekarang masih terjadi. Tentu bencana ini membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar.

Meski demikian, lumpur Lapindo bisa dimanfaatkan menjadi berbagai benda. Seperti yang dilakukan empat mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI) melakukan inovasi.

Dari bahan lumpur Lapindo, keempat mahasiswa tersebut membuat batu bata yang ramah lingkungan. Gagasan inovatif ini diberi nama LUSSI (Lapindo Mud for Super Sustainable Brick).

Baca juga: Kemendikbud: Ini Persyaratan Dapat Subsidi Kuota Gratis bagi Mahasiswa

Namun, gagasan inovatif LUSSI masih tengah diteliti sebagai alternatif pengganti batu bata tanah liat. Sebab, formula yang dikreasikan oleh tim ini sangat mendukung keberlangsungan lingkungan hidup.

Adapun empat mahasiswa FT UI itu:

  • Pawestri Cendani (Teknik Sipil 2017)
  • Muhammad (T. Sipil 2017)
  • Luqmanul Irfan (T. Sipil 2017)
  • Jilan Athaya (T. Lingkungan 2017)

"Berdasarkan data yang kami terima dari lapangan, setidaknya terdapat 35.770.000 meter kubik lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur," ujar Muhammad, dikutip dari laman UI, Jumat (4/9/2020).

Namun, di sisi lain, Indonesia juga memiliki 1.599.000 ton limbah kertas per tahun yang berdampak pada meningkatnya 470.000 ton CO2.

Dicampur limbah kertas

Adapun proses pembuatan batu bata LUSSI menggunakan substitusi bahan lumpur Lapindo yang dicampur dengan limbah kertas.

Untuk setiap 100.000 batu bata dibutuhkan 66 meter kubik lumpur dan 66 meter kubik limbah kertas. Dengan formulasi yang dirancang tersebut, mampu mengurangi sekitar 0,02 ton produksi polusi CO2 untuk setiap 100.000 batu bata yang diproduksi.

Selain ramah lingkungan, batu bata LUSSI juga memiliki keunggulan lainnya dibandingkan batu bata tanah liat, yakni:

  • Batu bata LUSSI lebih ramah lingkungan
  • Ringan (910 kg per meter kubik dibandingkan batu bata biasa 1500 kg per meter kubik atau beton 950 kg per meter kubik)
  • Lebih murah
  • Dapat membuka lapangan pekerjaan di daerah Sidoarjo

Untuk itulah, pemanfaatan lumpur Lapindo menjadi langkah yang tepat untuk mengurangi dampak yang dirasakan masyarakat.

Diharapkan, kehadiran batu bata LUSSI FT UI ini dapat menyubstitusi penggunaan batu bata tanah liat.

Sebab, bahan baku pembuatan bata tanah liat berasal dari tanah liat yang diperoleh dari penggalian sedalam 2-3 meter.

Tentu, proses penggalian ini menimbulkan masalah baru, yakni terjadinya degradasi tanah dan kerusakan lingkungan alam.

"Seperti yang kita ketahui, batu bata tanah liat memanfaatkan sumber daya tidak terbarukan. Maka, dengan inovasi batu bata LUSSI diharapkan dapat menjadi material alternatif lain pengganti tanah liat yang lebih ramah lingkungan," kata Jilan.

Raih juara 2 di tingkat Asia

Selain itu, batu bata LUSSI juga dapat menjadi:

  • Solusi untuk mengatasi bencana lumpur Lapindo
  • Dapat mengurangi kerusakan lingkungan
  • Menekan produksi limbah kertas di Indonesia

"Dengan demikian, kebutuhan batu bata untuk proses pembangunan tetap dapat terpenuhi tanpa harus merusak lingkungan," imbuh Jilan.

Keempat mahasiswa di bawah bimbingan dosen FT UI, Mohammed Ali Berawi, PhD, tersebut juga telah mempresentasikan gagasan inovatifnya berkenaan batu bata ramah lingkungan LUSSI pada ajang The 2nd Trail by VINCI Construction.

Baca juga: Cek Daftar Kampus Swasta dan Prodi yang Terima KIP Kuliah

Dari hasil inovasi menyimulasikan formulasi batu bata LUSSI di hadapan para juri tersebut, tim FT UI berhasil meraih juara 2nd Runner Up Asia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com