Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UGM Terjunkan Mahasiswa KKN Bantu Siswa yang Sulit Belajar Online

Kompas.com - 25/08/2020, 09:15 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) menerjunkan sebanyak 78 mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) untuk membantu membantu siswa dan guru di daerah yang tidak memiliki akses pendidikan daring secara memadai.

Program ini sejalan dengan anjuran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim pada akhir Juni 2020 lalu.

Mendikbud mengimbau agar tema program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa juga mencakup pendidikan dan pengajaran bagi siswa sekolah dasar yang selama ini kesulitan belajar karena keterbatasan akses teknologi.

Baca juga: Jadwal dan Cara Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri PTN dan PTS 2020

“Saya harap semester depan banyak mahasiswa UGM dan kampus lain membimbing anak SD belajar dari rumah, menjadi pembimbing pembelajaran mereka,” papar Nadiem seperti dilansir dari laman UGM, Selasa (30/6/2020).

Direktur Pengabdian Masyarakat UGM, Prof. Irfan Dwidya Priyambada mengatakan, mahasiswa akan ditempatkan di 16 lokasi selama 50 hari di sejumlah daerah.

Para mahasiswa akan membantu para siswa setingkat SD, SMP dan SMA yang tidak memiliki akses pendidikan daring karena tidak memiliki akses internet, akses fasilitas pendidikan atau keterbatasan dalam membeli paket data atau pulsa.

“UGM membantu mereka mendapatkan pendidikan yang berkualitas, harapannya mahasiswa bisa berperan di masyarakat di kala susah,” kata Irfan dalam upacara pelepasan dan penerjunan mahasiswa KKN PPM secara daring, Senin (24/8/2020) seperti dilansir dari laman UGM.

Baca juga: 8 Kampus Terbaik Indonesia di Pemeringkatan Dunia QS WUR 2021

Mahasiswa akan kembangkan penguat sinyal

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Arif Kusumawanto mengatakan mahasiswa KKN juga akan mengembangkan alat penguat sinyal internet atau penguat wifi secara sederhana untuk membantu siswa mampu mengakses pendidikan secara daring.

“Akan dibuat antena penguat wifi, bahannya sederhana dari tiang bambu atau pipa lalu disambungkan kabel yang ada konektornya,” katanya.

Untuk daerah terpencil dan perbukitan, kata Arif, lokasi pemasangan alat ini akan disurvei terlebih dahulu oleh mahasiswa agar pemasangan antena penguat sinyal internet ini bisa terpancar dengan baik.

“Kita tahu masing-masing provider punya pancaran gelombang berbeda sehingga antena harus dipasang di tempat yang lebih tinggi dan tidak terhalang oleh bukit,” imbuh dia.

Sementara itu, Irfan menjelaskan bahwa tidak semua warga masyarakat bisa mengakses pendidikan jarak jauh dengan baik.

Baca juga: Beasiswa S1 Tanoto Foundation, dari Biaya Kuliah hingga Tunjangan Bulanan

”Di sebelah hutan Ngawi, ada desa yang sudah dapat sinyal, sehingga muncul ide memperkuat sinyal. Saya harapkan nantinya mahasiswa Teknik bisakah membuat perangkat keras membantu saudara kita yang lokasinya susah mendapat sinyal,” katanya.

Apabila hal ini berhasil, kata Irfan, pihaknya akan menggunakan metode yang sama di lokasi terpencil di Indonesia yang kesulitan mendapat akses sinyal internet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com