Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkuman Talk Show Ekologi Pangan, Belajar dari TVRI 16 Mei 2020

Kompas.com - 16/05/2020, 21:17 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah di TVRI hadir kembali dengan tayangan talk show "Ekologi Pangan" dengan "Episode: Ani-ani Untuk Dewi Sri", Belajar dari TVRI pada Sabtu, 16 Mei 2020 yang membahas tentang "Pangan dalam Kebudayaan Kita".

Belajar dari Rumah adalah program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan alternatif pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19.

Baca juga: Rangkuman Siulan Bambu Toraja “Cerita Sabtu Pagi” Belajar dari TVRI

Dalam Talk Show tersebut dibawakan oleh Hilman Farid yaitu dirjen Kebudayaan dengan narasumber yaitu Gustaf Iskandar (Pegiat Budaya dengan Komunitas Masyarakat Adat), Laksmi Adriani Safitri (Akademisi Universitas Gajah Mada) Keadilan Lingkungan Hidup, Helianti Hilman Pendiri Kabara (Inisiatif Bisnis Kekayaan Pangan Lokal), Nana Saleh (Direktur Riset Sains 45, Pendiri Akadmi ilmuan Muda Indonesia) dan Eva Bande (Pejuang Masyarakat Adat dan Lingkungan Hidup).

Berikut adalah rangkuman talkshow ekologi yang membahas pangan dalam budaya kita, Sabtu 16 Mei 2020:

Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting disamping papan, sandang, pendidikan, kesehatan. karena tanpa pangan tiada kehidupan dan tanpa kehidupan tidak ada kebudayaan. Kebutuhan pangan diutarakan secara naluri, bayi menangis pada saat lapar.

Ani-ani

Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu.

Namun keuntungannya ialah berbeda dengan penggunaan sebuah clurit atau arit, tidak semua batang ikut terpotong. Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.

Pada saat memanen padi, masyarakat tradisional Jawa dan Sunda tidak boleh menggunakan arit atau golok untuk memanen padi, mereka harus menggunakan ani-ani, pisau kecil yang dapat disembunyikan di telapak tangan.

Masyarakat Sunda percaya bahwa dewi padi Nyai Pohaci Sanghyang Sri yang berjiwa halus dan lemah lembut, akan ketakutan melihat senjata tajam besar seperti arit atau golok.

Selain itu ada kepercayaan bahwa padi yang akan dipanen, yang juga perwujudan sang dewi, harus diperlakukan dengan hormat dan lembut dipotong satu persatu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja.

Hingga kini tradisi kepercayaan itu masih banyak diamalkan, misalnya upacara tradisional panen padi masyarakat Sunda yang disebut Seren Taun.

Dewi Sri

Dewi Sri (Bahasa Jawa), Nyai Pohaci Sanghyang Asri (Bahasa Sunda), Sangiang Serri (Bugis), adalah dewi pertanian, dewi padi dan sawah, serta dewi kesuburan di pulau Jawa dan Bali.

Pemuliaan dan pemujaan terhadapnya berlangsung sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di pulau Jawa.

Ia dipercaya sebagai dewi yang menguasai ranah dunia bawah tanah dan bulan. Perannya mencakup segala aspek Dewi Ibu, yakni sebagai pelindung kelahiran dan kehidupan.

Ia juga dapat mengendalikan bahan makanan di bumi terutama padi: bahan makanan pokok masyarakat Indonesia maka ia mengatur kehidupan, kekayaan, dan kemakmuran.

Berkahnya terutama panen padi yang berlimpah dan dimuliakan sejak masa kerajaan kuno di pulau Jawa seperti Majapahit dan Pajajaran.

Dewi Sri juga mengendalikan segala kebalikannya yaitu; kemiskinan, bencana kelaparan, hama penyakit, dan hingga batas tertentu, memengaruhi kematian.

Karena ia merupakan simbol bagi padi, ia juga dipandang sebagai ibu kehidupan. Seringkali ia dihubungkan dengan tanaman padi dan ular sawah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com