Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Peneliti UGM Kembangkan Alat Sterilisasi Masker N95

Kompas.com - 14/05/2020, 09:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan alat sterilisasi masker N95 untuk menyiasati kelangkaan dan mahalnya harga masker N95 yang naik di saat pandemi.

Ke depannya, masker N95 bisa dipakai berulang-ulang di rumah sakit dan klinik kesehatan.

Tim peneliti menggunakan tenaga gelombang sinar ultraviolet C (UV-C) yang dipaparkan selama lima menit.

Alat ini diklaim mampu membunuh kuman dan virus Covid-19 pada masker yang sudah dipakai sebelumnya.

Salah satu anggota tim peneliti, dr. Trisasi Lestari dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM mengatakan pembuatan alat ini bekerja sama dengan peneliti dari Fakultas Teknik UGM.

Ide awal pembuatannya dilatarbelakangi dari sulitnya para tenaga medis dalam mendapatkan masker N95 di pasaran.

“Harga masker N95 naiknya sangat luar biasa mahal di era Covid ini. Naik lebih dari 10 kali lipat harga normal. Padahal, sebelum Covid pun harga masker N95 memang sudah lebih mahal dibandingkan masker bedah karena fungsi filternya yg lebih baik,” kata Dr. Trisasi seperti dikutip dari laman UGM.

Baca juga: KKN UGM Daring, Ini Cerita dari Mahasiswa dan Dosen...

Menurutnya, kelangkaan masker N95 ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Badan kesehatan dunia WHO sudah memperbolehkan penggunaan masker N95 secara berulang dengan mensterilkan dahulu sampai masker tampak kotor atau rusak.

“Idealnya tidak lebih dari 3 kali sterilisasi. Banyak RS membuat alat sterilisasi masker N95 tetapi tanpa perhitungan kekuatan lampu UVC atau lama paparan yang baik sehingga masker malah rusak. Kita pun terdorong membuat alat sterilisasi UVC yang didesain khusus untuk masker N95,” ujarnya.

Bukan hanya di saat Covid sekarang ini, ide untuk sterilisasi masker N95 ini menurutnya sudah ada sejak lama sejak ia banyak menangani pasien penderita Tuberkulosis (TB).

“Untuk menangani pasien MDR TB harus menggunakan masker N95. Ketersediaannya juga terbatas dan satu masker bisa dipakai sampai satu minggu oleh petugas TB di puskesmas dengan hanya digantung/diangin anginkan di bawah sinar matahari utk mensterilkannya karena keterbatasan fasilitas,” katanya.

Meski begitu, ia bersyukur justru di saat pandemi ini idenya terwujud dengan menggandeng peneliti lain dari Fakultas Teknik UGM.

“Saya mengusulkan pembuatannya ke sekelompok dosen teknik dan disambut baik dan didukung oleh Eka Firmansyah dan mahasiswa bimbingannya untuk mewujudkan alatnya,” paparnya.

Ia menceritakan proses pembuatan alat ini dimulai sejak awal April lalu dan selesai dalam waktu satu bulan. Alatnya pun dibuat dalam dua ukuran yang mampu menampung 3 atau 9 masker sekaligus.

Pemilihan gelombang sinar ultraviolet UV-C menurutnya dengan pertimbangan matang agar tidak merusak kualitas masker saat disterilisasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com