BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Jakarta Intercultural School

Hadapi Revolusi Industri 4.0, Dunia Pendidikan Harus Bagaimana?

Kompas.com - 03/04/2020, 16:20 WIB
Alek Kurniawan,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dunia saat ini tengah dihadapkan dengan disrupsi pekerjaan di beberapa lini industri. Permintaan akan individu dengan penguasaan keterampilan baru pun menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap perusahaan.

Sebagai contoh dalam dunia teknologi. Dahulu, mungkin jenis pekerjaan seperti spesialis big data, spesialis artificial intelligence (AI), atau analisis data belum dibutuhkan perannya.

Namun demikian, sejak beberapa tahun terkahir hingga puluhan tahun ke depan, permintaan (demand) terhadap pekerja sektor ini diprediksi akan meroket.

Tak hanya itu, penguasaan soft skill atau kemampuan yang bersifat afektif dan psikomotorik juga memiliki peran yang sangat penting. Kemampuan seperti critical thinking, problem solving, communication, collaboration, dan creativity atau invention justru sangat dibutuhkan dalam persaingan global.

Dalam hal ini, sistem sekolah dasar dan menengah memiliki peran vital dalam mempersiapkan individu global dan mencetak tenaga kerja berkualitas untuk masa mendatang.

Melansir white paper yang diterbitkan oleh World Economic Forum (WEF) pada Januari 2020, dunia saat ini membutuhkan metode Pendidikan 4.0 guna mendukung The Fourth Industrial Revolution.

Pada white paper tersebut, disebutkan delapan karakteristik kritis dalam konten dan pengalaman pembelajaran untuk menerapkan Pendidikan 4.0.

Kedepalan karakteristik tersebut meliputi kemampuan masyarakat global, kemampuan berinovasi dan berkreativitas, kemampuan teknologi, kemampuan interpersonal, dan pembelajaran yang telah dipersonalisasi sesuai karakteristik individu masing-masing (personalized and self-paced learning).

Selanjutnya, ada pembelajaran inklusif, pembelajaran yang berbasis pada masalah dan kolaboratif, serta pembelajaran seumur hidup sesuai dengan kebutuhan siswa (lifelong and student-driven learning).

Pembelajaran metode STEAM di JISDOK. JIS Pembelajaran metode STEAM di JIS

Merdeka belajar dengan metode STEAM

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam salah satu wawancara ekslusifnya berkata, siswa harus diberikan kemerdekaan belajar untuk bisa lebih meningkatkan kualitas mereka.

“Merdeka belajar merupakan suatu filsafat bahwa di dunia sekarang dan yang akan datang, (pembelajaran) keseragaman bukan suatu hal yang dapat meningkatkan kualitas. Jadi kita mencoba sesuatu yang baru, kita harus mencoba membuat organisasi-organisasi pendidikan Indonesia menjadi kreatif, inovatif, dan kolaboratif,” ujarnya.

Dengan kemerdekaan belajar maka akan tercipta ruang kelas yang parsitipatif sehingga guru dan murid dapat semakin baik melalui proses belajar mengajar mereka.

Istilah merdeka belajar ini salah satunya dapat direalisasikan melalui metode STEAM.

Melansir Kompas.com, Kamis (16/1/2020), metode pembelajaran Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics (STEAM) menjadi salah satu kunci penting dunia pendidikan menghadapi era 4.0.

Pasalnya, STEAM bisa mendorong pengembangan ilmu sains, teknologi, teknik, dan matematika semakin kreatif. Misalnya, siswa bisa diajarkan konsep energi panas dan dingin melalui kegiatan membuat susu. Dengan begitu, di sini ada penggabungan mata pelajaran fisika dan seni untuk menerangkan suatu hal.

Untuk diketahui, salah satu sekolah yang telah menerapkan metode STEAM dalam pembelajaran di kelas adalah Jakarta Intercultural School (JIS).

Head of School JIS, Dr. Tarek Razik bahkan mengatakan pola pendidikan dengan metode STEAM bisa membuat anak lebih berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, mudah beradaptasi, dan komunikatif.

Ia menjelaskan, para siswa juga bisa belajar menjadi pemimpin, kreator, dan wirausaha sebab metode STEAM berguna untuk meningkatkan level kreativitas.

“Kebanyakan peneliti dan ahli matematika itu hanya berorientasi kepada proses tapi dengan tambahan arts bisa melihat sesuatu hal karena menggunakan bagian lain dari otak untuk menyelesaikan masalah," ujar Dr. Tarek melansir Kompas.com, Kamis (16/1/2020).

Para pendidik, lanjutnya, harus mulai menyiapkan peserta didik untuk menghadapi perkembangan teknologi yang begitu cepat berubah. Selain itu, siswa juga dituntut mampu berpikir analitis dan kolaboratif.

Ilustrasi siswa multikulturalDOK. SHUTTERSTOCK Ilustrasi siswa multikultural
Mulai dari awal

Dengan demikian, telah dipahami satu intisari bahwa Merdeka Belajar dan Pendidikan 4.0 merupakan jenis pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa pada masa kini.

Namun, ada satu hal lagi yang harus kita cermati bersama yaitu pentingnya siswa menerima pembelajaran tersebut sejak awal ia mulai bersekolah.

Pasalnya, pendidikan anak usia dini sejatinya adalah sebuah investasi jangka panjang untuk mereka meraih kesuksesan di masa mendatang.

Melansir Kompas.com, Rabu (11/12/2019), pendidikan usia dini adalah masa krusial. Lima tahun pertama kehidupan anak menjadi fase yang penting sekaligus masa emas karena di sini anak akan mengalami perkembangan begitu pesat, terutama pada otaknya.

Hal itu juga yang menjadi perhatian JIS dalam menerapkan kurikulum pembelajarannya. Untuk diketahui, ada dua jenis kurikulum yang diterapkan, yakni program International Baccalaureate (IB) dan program Advance Placement (AP).

Untuk kurikulum IB, tujuan pembelajarannya lebih mendorong peserta didik untuk memiliki wawasan global, kreatif, mengembangkan kemampuan emosi, intelektual dan sosial, serta berkontribusi positif terhadap lingkungan dan budaya.

Sementara itu, program Advance Placement adalah sebuah kurikulum yang memungkinkan siswa sekolah menengah untuk disiapkan secara akademis guna masuk ke tingkat perguruan tinggi. Setiap kursus AP dimodelkan pada kursus perguruan tinggi yang sebanding (comparable college course).

Tak hanya itu, sebagai salah satu sekolah dengan Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK), JIS pun menggunakan kurikulum nasional dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Dengan ketiga kurikulum tersebut, JIS meyakini bahwa pembelajaran yang telah dilakukan di kelas sudah sesuai dengan makna Merdeka Belajar dan Pendidikan 4.0.

Dengan demikian cita-cita menghasilkan anak bangsa yang berdaya saing tinggi dan berkualitas bukan lagi menjadi angan-angan belaka.

Hal tersebut sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh oleh JIS, yakni Best for the World (Menjadi yang Terbaik untuk Dunia).


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com