Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Science Underground": Waspada Jebakan Berpikir di Tengah Wabah Korona

Kompas.com - 21/03/2020, 18:29 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Mengapa selama kita menghadapi pandemi corona belakangan ini kabar burung dan hoaks mudah memicu kepanikan? Apa pula yang menyebabkan seseorang mudah terhasut berita bohong?

Berbagai penjelasan dikemukakan untuk menjawab hal itu. Satu di antaranya dikemukakan oleh Daniel Kahneman dalam buku Thinking, Fast and Slow (Gramedia Pustaka Utama, 2013).

Daniel Kahneman adalah orang non-ekonom pertama yang meraih Hadiah Nobel bidang ekonomi pada 2002 berkat penelitiannya tentang teori ekonomi perilaku yang dirumuskan bersama sahabat karibnya, Amor Tversky. Keduanya adalah psikolog.

Pandangan ini mengemuka dalam pertemuan kedua Science Underground pada Jumat, 13 Maret 2020.

Science Underground merupakan forum diskusi sains diselenggarakan Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Gramedia Pustaka Utama (GPU), dan Teater Utan Kayu sejak 2019.

Baca juga: Strategi Pemerintah dan Masyarakat Jepang Redam Perluasan Wabah Corona

Analogi "mode otomatis" dan "manual"

Menurut Kahneman, kepanikan bisa terjadi karena manusia punya dua sistem pendorong cara kita berpikir.

Sistem satu, bersifat cepat, intuitif, dan emosional, sedangkan sistem dua lebih pelan, lebih bertujuan, dan lebih logis.

Andhyta Firselly Utami atau akrab disapa Afutami, ekonom lingkungan, menganalogikan sistem satu dan dua Kahneman dengan dua model kamera: mode otomatis dan mode manual.

Mode otomatis mampu menangkap gambar dengan cepat, sedangkan mode manual butuh upaya yang lebih lambat untuk menangkap hasil yang diinginkan.

"Faktanya, 95 persen waktu kita menggunakan sistem satu, dan hanya 5 persen digunakan untuk memakai sistem dua,” ujar Afutami.

Afutami menjadi pembicara di musim kedua Science Underground dengan tema ‘Jebakan Berpikir’. Pembahasan utamanya didasarkan pada buku "Thinking, Fast and Slow" karya Daniel Kahneman.

Sistem satu ini lebih dominan, dan, sayangnya, rentan bias.

Menurut Kahneman, dalam keadaan tertentu, seperti dalam kondisi kita terburu-buru, sedang mengalami kelelahan secara fisik atau mental, dan tidak fokus atau perhatian sedang teralihkan, sistem satu rawan membuat kesalahan sitematis.

“Sistem satu juga hanya sedikit memahami logika dan statistika. Jadi tidak mengherankan jika kita sering terjebak pada bias jumlah kecil atau statistik kemungkinan (The Law of Small Numbers),” tulis Kahneman dalam bukunya.

Jebakan berpikir dan wabah corona

Dalam kasus wabah corona yang sekarang sedang kita hadapi bersama, Afutami mencontohkan glorifikasi warganet ketika muncul berita 16 pasien korona di Vietnam semuanya sembuh dan tidak ada lagi kasus korona setelahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com