Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Pembubaran KNIL pada 26 Juli 1950

Kompas.com - 27/07/2023, 08:46 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebangkrutan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC pada akhir abad ke-18 membuat Kerajaan Belanda membutuhkan kekuatan baru untuk mengawasi koloninya di Hindia Belanda.

Dilansir Historiek, tugas itu kemudian diserahkan kepada Koninklijke Nederlandsch-Indische Leger atau KNIL yang didirikan pada 28 Agustus 1814, tak lama setelah Belanda memulihkan kekuasaannya di Hindia Belanda.

Personel KNIL direkrut dari berbagai negara, termasuk Jerman, Belgia, Swiss, Amerika Serikat, Ghana dan Burkino Faso. Adapun penduduk Hindia Belanda, seperti Maluku dan Jawa, merupakan mayoritas prajurit KNIL.

Baca juga: CEK FAKTA: Belanda Tidak Siapkan Rp 2.417 Triliun Setelah Akui Kemerdekaan Indonesia

Beberapa tokoh nasional Indonesia merupakan mantan prajurit KNIL, seperti Soeharto, Mangkunegara VII, AH Nasution, TB Simatupang, dan Gatot Subroto.

KNIL awalnya merupakan bagian dari tentara Belanda, tetapi berkembang menjadi kekuatan yang berfungsi secara mandiri.

Pada 1832 KNIL memiliki 640 perwira dan 21.486 prajurit. Jumlah itu meningkat pada 1882 menjadi hampir 30.000 tentara, kemudian bertambah menjadi hampir 37.000 pada 1930.

KNIL resmi dibubarkan pada 26 Juli 1950, berdasarkan kesepakatan internasional yang dibuat pada Konferensi Meja Bundar (Agustus-November 1949) di Den Haag.

Para prajurit dan kepemimpinan mereka kemudian dipindahkan ke Tentara Kerajaan Belanda. Beberapa staf KNIL dipensiunkan, diberhentikan (kebanyakan orang Maluku dan bumiputra), atau dikirim ke Belanda.

Setelah KNIL dibubarkan

Dilansir De Reizende Tentoonstelling, setelah Perang Dunia II, Belanda ingin memulihkan kekuasaannya atas koloni Hindia Belanda. Namun, upaya itu menemui hambatan dari pemberontakan yang dilancarkan para bumiputra Indonesia.

Untuk memadamkan pemberontakan tersebut, Belanda mengerahkan KNIL. Sebagian besar prajurit KNIL adalah penduduk asli Indonesia, seperti Maluku dan Jawa.

Namun pada penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949, Belanda harus mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) dan mengalihkan kekuasaannya atas Hindia Belanda.

Akibatnya, KNIL tidak lagi memiliki hak untuk eksis. Oleh karena itu, Tentara Kerajaan Hindia Belanda secara resmi dibubarkan. Para prajurit KNIL dan pimpinannya kemudian dipindahkan ke Tentara Kerajaan Belanda, termasuk orang Maluku.

Baca juga: Irawan Soejono, Mahasiswa Indonesia yang Melawan Nazi di Belanda

Pada awal abad 17, orang Maluku telah direkrut menjadi tentara untuk Belanda karena mereka dikenal sebagai prajurit yang setia dan berani. Orang Maluku dikerahkan di seluruh wilayah Hindia Belanda untuk menjaga ketertiban dan kewibawaan.

Ketika KNIL dibubarkan, orang Belanda yang pernah menjadi bagian dari KNIL kembali ke tanah airnya, tetapi rombongan besar tentara asal Maluku tidak bisa ke mana-mana.

Mereka tidak dapat kembali ke Maluku, karena terjadi pemberontakan yang disebabkan keinginan Presiden Soekarno mendorong negara kesatuan Indonesia daripada RIS.

Sebagian rakyat Maluku yang tidak setuju dengan gagasan Soekarno kemudian memproklamasikan Republik Maluku Selatan (RMS). Deklarasi ini dijawab Soekarno dengan mengirimkan pasukan ke Maluku yang menyebabkan pecahnya pertempuran.

Karena khawatir mantan prajurit KNIL Maluku yang telah terlatih di medan perang ambil bagian dalam pemberontakan RMS, maka Soekarno melarang mereka kembali ke Maluku.

Mantan prajurit KNIL Maluku diperbolehkan kembali ke Maluku asalkan menjadi bagian dari tentara Indonesia. Mereka yang tidak setuju tidak punya pilihan lain selain pergi ke Belanda.

Sejak Maret 1951, tercatat ada 12.500 mantan tentara KNIL Maluku beserta keluarganya yang datang ke Belanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Fakta Vaksin AstraZeneca: Efektivitas, Keamanan, dan Penggunaan di Indonesia

Data dan Fakta
Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Pemberantasan Wabah Cacar, dari Teknik Kuno hingga Penemuan Vaksin

Sejarah dan Fakta
Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi 'Online'

Berbagai Manipulasi Video Figur Publik Promosikan Judi "Online"

Hoaks atau Fakta
Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Peristiwa Cimanggis 1998, Upaya Reformasi dan Menumbangkan Orde Baru

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Sofiatun Gudono pada 20 Mei

Hoaks atau Fakta
Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Kebencian terhadap Perang Nuklir yang Melahirkan Godzilla

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

[HOAKS] Cristiano Ronaldo Kritik Penampilan Marselino Ferdinan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

[HOAKS] Pelatih Timnas Guinea Kaba Diawara Sebut Indonesia Negara Miskin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Saldi Isra Mundur dari Hakim MK, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Misteri Penemuan Mayat di Kepulauan Seribu pada 1998...

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

[HOAKS] Lionel Messi Kritik Marselino Ferdinan karena Bermain Egois

Hoaks atau Fakta
Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut 'Symphony No. 9'

Beethoven Diyakini Tak Sepenuhnya Tuli Saat Debut "Symphony No. 9"

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Guinea Mundur dari Babak Play-off Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Jokowi dan Megawati di Istana pada 2016

Hoaks atau Fakta
Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks, Spongebob Squarepants Terinspirasi Kisah Tragis Bocah 9 Tahun

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com