KOMPAS.com - Tuberkulosis (TBC) menjadi salah satunya penyakit menular mematikan di dunia.
Berdasarkan data dari WHO Global TB Report tahun 2020, ada 10 juta orang di dunia menderita TBC dan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya.
Untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang penyakit mematikan itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 24 Maret sebagai Hari TBC Sedunia atau World TB Day.
Dikutip dari CDC, penetapan Hari TBC Sedunia terkait sosok dokter sekaligus ilmuwan Jerman, Robert Koch.
Pada 24 Maret 1882, untuk pertama kalinya Robert Koch mengumumkan temuannya soal penyebab penyakit TBC.
Penyebab TBC adalah bakteri mycobacterium tuberculosis. Penemuan Koch itu menjadi langkah paling penting dalam pengendalian dan pemberantasan TBC di seluruh dunia.
Ketika Koch dianugerahi Hadiah Nobel dalam bidang kedokteran tahun 1905, ia menyampaikan pidato untuk mengampanyekan pemahaman yang lebih luas tentang TBC dan penyebabnya.
Namun setelah penemuan itu, kemajuan selanjutnya dalam melawan TBC relatif lambat. Hingga pada era 1930-an, Guru Besar Epidemiologi pada School of Hygiene, Wade Hampton Frost, menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang epidemiologi TBC.
Dilansir Britannica, pada era 1940-an, Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat memulai serangkaian penelitian yang menjelaskan lebih jauh epidemiologi TBC.
Metode pengobatan yang berkembang pesat dengan kombinasi obat-obatan modern memungkinkan TBC bisa disembuhkan secara penuh.
Kendati demikian, pada 1980-an angka penderita TBC meningkat di seluruh dunia. Munculnya TBC secara masif tersebut dikaitkan dengan beberapa faktor, seperti HIV/AIDS, serta penurunan kekhawatiran tentang risiko TBC.
Hal ini mendorong WHO menetapkan Hari TBC Sedunia pada 1982. Awalnya peringatan itu bertujuan untuk menarik perhatian para peneliti, lembaga donor, dan masyarakat untuk memerangi TBC.
Hari TBC Sedunia disponsori oleh WHO yang didukung beberapa kelompok lain, seperti International Union Against Tuberculosis and Lung Disease.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.