KOMPAS.com - Sebaran video hoaks di YouTube dan Facebook memiliki pola yang sama. Dengan mengetahui cirinya, kita dapat terhindar dari paparan misinformasi dan disinformasi.
Raksasa internet, seperti Google dan Meta, telah berupaya memberi label di platform media sosial mereka agar pengguna bisa mengetahui konteks sesungguhnya.
Contohnya, Facebook bekerja sama dengan pihak ketiga dan pemeriksa fakta independen untuk melabeli konten yang memuat misinformasi.
Namun, tidak semua video di media sosial berada dalam radar pemeriksa fakta.
Maka, sebagai pengguna media sosial kita perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk membedakan mana hoaks dan fakta.
Berikut ciri dan pola video hoaks di YouTube dan Facebook yang perlu diketahui, agar tidak terjebak informasi keliru.
Video hoaks yang beredar di media sosial dibuat untuk menarik penonton, sehingga dapat membuatnya dilihat lebih dari ribuan bahkan jutaan kali.
Semakin masyarakat tertarik menonton, semakin intens keberadaan video hoaks tersebut.
Salah satu trik yang sering digunakan yakni memuat judul bombastis.
Contohnya, seperti video hoaks yang dibantah oleh Kompas.com pada 31 Januari 2023.
Video itu diunggah di setelah bentrokan pekerja dalam negeri dan tenaga kerja asing (TKA) asal China di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Sabtu (14/1/2023).
"LIVE TKA CINA DEKLARASI PERANG??PEKERJA LOKAL MULAI DISINGKIRKAN PABRIK² BESAR DIKUASAI," tulis judul video itu.
Padahal isi videonya tidak ada yang menunjukkan bukti adanya deklarasi perang. Isi video dan judul tidak sesuai.
Contoh lain, video yang ditulusuri Kompas.com pada 6 Maret 2023.
"Jakarta Lvmpvh Total !! B4njir 4 Meter Rendam Bal4i Kota," tulis judul video.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.