KOMPAS.com - Interaksi yang dilakukan akun penyebar misinformasi di Twitter diketahui meningkat hingga 44 persen. Data ini berdasarkan penelitian yang dilakukan jaringan International Fact-Checking Network (IFCN).
Akun penyebar misinformasi itu dikenal dengan sebutan superspreader.
Definisi ini merujuk pada akun yang rutin mengunggah twit populer, namun berisi misinformasi atau disinformasi.
Menariknya, meningkatnya interaksi yang dilakukan oleh akun superspreader misinformasi ini terjadi setelah Twitter diambil alih oleh pengusaha Elon Musk.
Penelitian ini dilakukan dengan fokus terhadap 490 akun yang berstatus superspreader selama 1 September hingga 31 Desember 2022. Adapun Elon Musk mengendalikan Twitter sejak 27 Oktober 2022.
Sejumlah kebijakan kontroversial memang dilakukan Musk sejak mengendalikan Twitter. Salah satunya adalah menghapus kebijakan Twitter untuk mengurangi misinformasi Covid-19.
Sejak dipegang Musk, Twitter pada 23 November 2022 tidak lagi memberikan tindakan terhadap akun pelanggar aturan Covid-19. Padahal ada lebih dari 11.000 akun yang kena tindakan aturan itu.
Lalu seperti apa data peningkatan interaksi akun penyebar misinformasi di Twitter?
Simak dalam infografik di bawah ini: