KOMPAS.com - Dua puluh satu tahun lalu, jurnalis Amerika Serikat (AS) Daniel Pearl tewas dibunuh oleh kelompok ekstremis di Pakistan.
Kepala Biro Wall Street Journal Asia Tenggara itu dikabarkan meninggal pada 1 Februari 2002. Sebelum kematiannya terkonfirmasi, pria 38 tahun itu diculik ketika meliput.
Daniel Pearl atau akrab disapa Danny, lahir pada 10 Oktober 1963 di Princeton, New Jersey, AS. Pria keturunan Yahudi itu lulus dari Universitas Stanford pada 1985.
Sebelum bergabung dengan Wall Street Journal (WSJ) pada 1990, Danny bekerja untuk beberapa surat kabar di Massachusetts, serta pernah memenangkan American Planning Association Award untuk lima seri liputan soal pemanfaatan lahan.
Danny bekerja untuk WSJ selama 12 tahun. Ia pernah ditempatkan di Atlanta, Washington, London, dan Paris, sebelum pindah ke Mumbai pada 2000 untuk meliput Asia Selatan.
Dilansir WSJ, 24 Februari 2002, selama enam tahun terakhir dalam karier jurnalistiknya, Danny tertarik menulis tentang Arab dan Islam.
Baca juga: Tersangka Pembunuh Kasus Pemenggalan Jurnalis AS Tahun 2002 Dibebaskan
WSJ menulis bahwa Danny adalah sosok reporter yang sempurna. Ia dinilai individual, skeptis, tetapi memiliki sudut pandang dan pikiran terbuka untuk mengungkap cerita besar hingga kecil.
Di Atlanta, tempat dia memulai kariernya di WSJ, Danny dengan cepat menyuguhkan cerita yang unik.
Pada 1998, Danny meliput kisah pilu dari pengeboman AS terhadap pabrik obat-obatan Sudan pada Agustus 1997.
Dia juga menulis tentang kontroversi yang beredar di seluruh dunia tentang bagaimana membuat obat AIDS generik yang relatif murah tersedia untuk negara-negara Dunia Ketiga.
Melalui tulisannya, dia meliput cara pemimpin teroris Osama bin Laden menggunakan perdagangan batu permata tanzanite untuk membiayai gerakannya.
Selama menjadi kepala biro WSJ Asia Tenggara, Danny tinggal di Mumbai. Sesekali ia menjelajahi Pakistan.
Dia meliput insiden shoe bomber, yang juga menjadi bagian dari penelitiannya tentang militan Islam. Danny berencana bertemu pemimpin spiritual Pakistan, Sheik Gilani.
Dikutip dari History.com, pada 23 Januari 2002, Danny sedang dalam perjalanan di Kota Karachi, setelah melakukan wawancara dengan seorang tokoh terkemuka gerakan Islam.
Tiba-tiba dia diculik di dekat sebuah hotel oleh teroris yang mengaku sebagai mata-mata.