Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Risiko Kematian akibat Kanker Payudara dengan Deteksi Dini

Kompas.com - 27/10/2022, 20:20 WIB
Luqman Sulistiyawan,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanker payudara merupakan jenis penyakit kanker yang paling banyak dialami masyarakat Indonesia.

Pada 2020, Global Burden Cancer mencatat ada 68.858 kasus kanker payudara atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus kanker di Indonesia.

Selain itu, jumlah kematian akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22.000 jiwa.

Baca juga: Perbanyak Konsumsi Makanan Ini untuk Menurunkan Risiko Kanker Payudara

Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Elvida Sariwati mengatakan, seringkali penanganan kanker payudara baru dilakukan pada stadium akhir.

Padahal risiko kematian akibat kanker payudara bisa ditekan jika pasien rutin melakukan deteksi dini dan menghindari faktor penyebab kanker.

''Tujuh puluh persen dideteksi sudah di tahap lanjut, kalau kita bisa mendeteksi di tahap awal mungkin kematiannya bisa kita tanggulangi,'' kata Elvida, dikutip dari dari laman Kementerian Kesehatan.

Hal senada diungkapkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi, Zubairi Djoerban.

Menurut Zubairi, banyak pasien kanker payudara yang sembuh setelah ditangani pada stadium awal. Ia menekankan, kanker bukanlah panyakit yang tidak bisa disembuhkan.

“Salah sekali kalau dibilang kanker enggak bisa sembuh. Sebagian besar kanker payudara stadium awal itu banyak yang sembuh,” ujar Zubairi kepada Kompas.com (25/10/2022).

Baca juga: 5 Makanan Penyebab Kanker Payudara yang Perlu Dihindari

Zubairi menjelaskan, pada stadium awal kanker di payudara menyebar ke kelenjar ketiak. Kemudian kanker menyebar ke organ tubuh lain, seperti tulang, lever, otak, atau paru-paru.

Ia mengatakan, ketika kanker belum mencapai stadium empat dan baru menyebar sampai ke ketiak, kemungkinan sembuh sangat besar.

“Jadi kalau ada benjolan segera ke dokter. Kalau perlu biopsi ya harus biopsi. Sekarang pengobatan sudah maju banget. Jadi tingkat kesembuhan kanker payudara itu tinggi jika diobati lebih awal,” kata Zubairi.

Klasifikasi faktor kanker payudara

Zubairi menjelaskan, klasifikasi penyebab kanker payudara dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.

faktor yang tidak dapat diubah antara lain usia, genetik, riwayat reproduksi, dan riwayat pernah terkena kanker payudara.

“Kalau dia ada genetiknya, dalam waktu ke depan, 80 persen akan terkena kanker payudara,” ujar dokter yang pernah menempuh pendidikan di Perancis itu.

Baca juga: Pahami, Gejala Awal Kanker Payudara dan Cara Mendeteksinya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com