Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsentrasi Gas Rumah Kaca Capai Rekor Tertinggi pada 2021

Kompas.com - 01/09/2022, 19:21 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) Amerika Serikat merilis laporan terbaru mengenai konsentrasi gas rumah kaca dan ketinggian permukaan laut.

Dilansir dari AFP, laporan tersebut menunjukkan konsentrasi gas rumah kaca dan permukaan laut mencapai rekor tertinggi pada 2021.

Laporan tersebut mengindikasikan bahwa perubahan iklim terus berlangsung meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengekang emisi.

"Data yang disajikan dalam laporan ini jelas – kami terus melihat bukti ilmiah yang lebih meyakinkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak global dan tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan," kata Rick Spinrad, administrator NOAA.

Rekor tertinggi konsentrasi gas rumah kaca

Konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer mencapai 414,7 part per million (ppm) pada 2021. Angka tersebut 2,3 ppm lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya.

Tingkat konsentrasi gas rumah kaca itu juga menjadi yang "tertinggi dalam setidaknya satu juta tahun terakhir," menurut laporan tahunan State of the Climate.

Kenaikan konsentrasi gas rumah kaca ini terjadi meski ada pengurangan emisi bahan bakar fosil pada 2020, yang disebabkan pelambatan ekonomi global karena pandemi Covid-19.

Permukaan laut terus naik

Sementara itu, permukaan laut naik selama 10 tahun berturut-turut, mencapai rekor baru 3,8 inci (97 milimeter) pada 2021.

Ketinggian tersebut jauh di atas rata-rata pada 1993 ketika pengukuran satelit dimulai.

Tak hanya itu,  tahun 2021 juga termasuk di antara enam rekor tahun terpanas yang pernah tercatat sejak pertengahan abad ke-19.

Pada 2021 jumlah badai tropis juga jauh di atas rata-rata, termasuk Topan Rai, yang menewaskan hampir 400 orang di Filipina pada Desember 2021.

dan Topan Ida, yang menyapu Karibia sebelum menjadi badai terkuat kedua yang melanda Louisiana setelah Katrina.

Gas rumah kaca dan dampaknya

Dilansir dari National Geographic, gas rumah kaca memerangkap panas dari Matahari sehingga membuat iklim bumi tetap layak huni bagi manusia dan jutaan spesies lainnya.

Akan tetapi, konsentrasi gas-gas itu (karbon dioksida, metana, dan nitrous oksida) sekarang tidak seimbang dan mengancam kelangsungan hidup berbagai makhluk penghuni Bumi.

Tingkat gas rumah kaca saat ini sangat tinggi karena aktivitas manusia bergantung pada bahan bakar fosil. Akibatnya, terjadi "perangkap panas" yang dikenal sebagai efek rumah kaca.

Perubahan iklim adalah istilah yang digunakan para ilmuwan untuk menggambarkan perubahan kompleks, yang didorong oleh konsentrasi gas rumah kaca, yang sekarang memengaruhi sistem cuaca dan iklim Bumi.

Perubahan iklim tidak hanya mencakup peningkatan suhu rata-rata yang disebut sebagai pemanasan global tetapi juga peristiwa cuaca ekstrem, pergeseran populasi dan habitat satwa liar, naiknya air laut, dan berbagai dampak lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Jembatan Baltimore Runtuh karena Ledakan Dinamit

[HOAKS] Jembatan Baltimore Runtuh karena Ledakan Dinamit

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ustaz Adi Hidayat Mendoakan Prabowo Tidak Terkait Pilpres 2024

[KLARIFIKASI] Foto Ustaz Adi Hidayat Mendoakan Prabowo Tidak Terkait Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Fenomena Alam di Grobogan Pascagempa Bawean Bukan Gunung Api

[KLARIFIKASI] Fenomena Alam di Grobogan Pascagempa Bawean Bukan Gunung Api

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Jepang Larang Vaksinasi Covid-19 Berbasis mRNA

[HOAKS] Jepang Larang Vaksinasi Covid-19 Berbasis mRNA

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Fenomena Alam Gunung Lumpur Dinarasikan Bumi Meledak Setelah Gempa Tuban

[KLARIFIKASI] Fenomena Alam Gunung Lumpur Dinarasikan Bumi Meledak Setelah Gempa Tuban

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] MK Telah Mendiskualifikasi Prabowo-Gibran

[HOAKS] MK Telah Mendiskualifikasi Prabowo-Gibran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Gebyar Undian Berhadiah dari Bank Jatim

[HOAKS] Gebyar Undian Berhadiah dari Bank Jatim

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bantahan Prabowo soal Kenaikan Gaji Guru Tidak Terkait Pilpres 2024

[VIDEO] Bantahan Prabowo soal Kenaikan Gaji Guru Tidak Terkait Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Muncul Hoaks Prabowo Bertemu Muhaimin 19 Februari 2024, Simak Bantahannya

[VIDEO] Muncul Hoaks Prabowo Bertemu Muhaimin 19 Februari 2024, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Manipulasi Foto, Joe Biden Menodongkan Senjata ke Perempuan Tua

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto, Joe Biden Menodongkan Senjata ke Perempuan Tua

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Foto Buron Tidak Perlihatkan Pelaku Teror Penembakan Moskwa

INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Foto Buron Tidak Perlihatkan Pelaku Teror Penembakan Moskwa

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Salah Satu Pelaku Teror di Moskwa Bukan Warga Negara Ukraina

[VIDEO] Salah Satu Pelaku Teror di Moskwa Bukan Warga Negara Ukraina

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Vaksin Covid-19 Menyebabkan Kanker Turbo

[HOAKS] Vaksin Covid-19 Menyebabkan Kanker Turbo

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Ledakan di Jembatan Crimea, Bukan Runtuhnya Jembatan Baltimore

[KLARIFIKASI] Video Ledakan di Jembatan Crimea, Bukan Runtuhnya Jembatan Baltimore

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Paket Beras Bergambar Puan Dibagikan Jelang Lebaran 2022, Bukan Kampanye Pemilu

[KLARIFIKASI] Paket Beras Bergambar Puan Dibagikan Jelang Lebaran 2022, Bukan Kampanye Pemilu

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com