KOMPAS.com - Pengguna media sosial di Thailand dibuat khawatir dengan munculnya isu yang mengeklaim bahwa ekonomi Negara Gajah Putih tersebut di ambang kehancuran.
Dalam narasi yang beredar, disebutkan bahwa Bank Dunia memperingatkan Pemerintah Thailand bahwa ekonomi mereka babak belur akibat pandemi.
Klaim itu pertama kali dibagikan di Facebook pada 7 Juli 2022 oleh akun ini. Unggahan itu pun telah dibagikan lebih dari 1.000 kali.
Akun tersebut menuliskan bahwa ekonomi Thailand akan runtuh:
"Shock!! Bank Dunia memperingatkan Thailand: Sistem ekonomi Thailand runtuh seluruhnya, " tulis akun Facebook tersebut dalam Bahasa Thailand.
Bank Dunia menyatakan tidak pernah mengeluarkan peringatan bahwa ekonomi Thailand di ambang kehancuran.
Bahkan pada Juni lalu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Thailand akan tumbuh selama tiga tahun ke depan karena konsumsi swasta dan pariwisata pulih.
Kanitha Kongrukgreatiyos, petugas urusan eksternal untuk kantor Bank Dunia di Thailand, mengatakan bahwa klaim yang menyatakan bahwa ekonomi Thailand akan hancur merupakan informasi menyesatkan dan tidak bersal dari Bank Dunia.
"Klaim yang dibagikan di unggahan media sosial yang menyesatkan tidak berasal dari Bank Dunia," demikian pernyataan Kanitha, dilansir dari AFP.
Ekonomi negera Asia Tenggara tersebut diperkirakan akan tumbuh masing-masing sebesar 4,3 persen dan 3,9 persen pada tahun 2023 dan 2024 .
Untuk 2022, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Thailand akan tumbuh sebesar 2,9 persen, didukung oleh konsumsi swasta dan pemulihan pariwisata.
Dr Somchai Jitsucon, Direktur Penelitian untuk Pembangunan Inklusif di Institut Pengembangan dan Penelitian Thailand mengatakan, prospek ekonomi Thailand tidak menunjukkan keruntuhan meskipun ada beberapa faktor risiko yang ada.
"Tidak ada indikasi bahwa ini bisa terjadi dalam waktu dekat. Tentu ada risikonya, tapi tidak separah kebangkrutan," kata dia.
"Kembalinya wisatawan ke Thailand akan membantu rebound baht, yang juga akan berdampak positif pada perekonomian," ucap Somchai.
Somchai mengatakan, faktor seperti utang publik dan rumah tangga yang tinggi, inflasi dan nilai baht Thailand dapat menimbulkan risiko kerugian ekonomi, tetapi saat ini tidak cukup parah untuk menjadi masalah kebangkrutan.