KOMPAS.com - Pandemi membuat orang-orang lebih selektif dan mengurangi intensitas membaca berita demi keseimbangan mental mereka.
Survei Reuters menyimpulkan, tahun ini minat berita berita lebih rendah di sebagian besar negara.
Reuters Insititute bekerja sama dengan Universitas Oxford melakukan survei mengenai pola konsumsi berita dan pasar digital secara global dalam Digital News Report 2022.
Survei daring yang dilakukan pada akhir Januari hingga awal Februari 2022 ini melibatkan sekitar 93.000 responden di 46 negara.
Baca juga: Survei Reuters: 68 Persen Masyarakat Indonesia Mengakses Berita dari Medsos
Di beberapa negara, seperti Argentina, Brasil, Spanyol, dan Inggris, penurunan minat baca telah berlangsung selama beberapa waktu, sementara di Amerika Serikat (AS) polanya sedikit berbeda.
Di AS, kurang dari setengah sampel Reuters atau sekitar 47 persen mengatakan bahwa mereka sangat atau sangat tertarik pada berita.
Angka ini cukup rendah jika dibandingkan dengan survei pada 2015 dengan menunjukkan minat 67 persen.
Adapun sebanyak 54 persen masyarakat Brasil menghindari berita dengan intensitas kadang-kadang atau sering. Sementara, di Inggris angkanya ada pada 46 persen sejak 2017.
Sementara, perilaku penghindaran berita karena selektif juga terjadi di negara-negara Eropa Utara seperti Jerman yakni 29 persen, Denmark dan Finlandia dengan 20 persen, serta di negara Asia seperti Jepang 14 persen.
Baca juga: Survei: Semakin Banyak Orang Hindari Berita Penting
Penghindar berita karena perilaku selektif menyimpan berbagai alasan, salah satunya karena pandemi Covid-19.
Berita seputar Covid-19 membanjiri berbagai media karena perhatian dunia sedang terfokus pada pandemi tersebut. Namun, ternyata sebagian besar orang menghindari pengulangan berita dengan topik tersebut.
Sebanyak 43 persen responden survei Reuters mengatakan bahwa mereka merasa terganggu oleh pengulangan berita, terutama seputar politik dan Covid-19.
Sementara, sebanyak 29 responden sering merasa lelah dengan berita. Sedangkan 29 persen lainnya mengatakan mereka menghindari berita karena mereka pikir itu tidak dapat dipercaya.
Sekitar sepertiga atau 36 persen, terutama usia di bawah 35 tahun, mengatakan bahwa berita tersebut menurunkan mood mereka.
Yang lain, sebanyak 17 persen mengatakan berita itu mengarahkan pada argumen yang mereka hindari, 16 persen mengatakan berita memengaruhi mereka pada perasaan tidak berdaya.