KOMPAS.com - Sejak pandemi virus corona merebak, muncul berbagai hoaks tentang alat tes Covid-19 yang beredar di media sosial.
Informasi keliru tersebut dikemas beragam, mulai dari menyebut alat tes Covid-19 menyebabkan gangguan kesehatan, tidak akurat, hingga penarikan alat tes di sejumlah negara.
Kompas.com melakukan penelusuran fakta terkait sebaran informasi keliru itu.
Berikut kumpulan hoaks seputar alat tes Covid-19:
Beredar informasi di media sosial Facebook yang mengklaim bahwa alat pengambilan sampel untuk tes swab Covid-19 disterilkan menggunakan zat kimia berbahaya.
Alat pengambil sampel tes swab disebut disterilkan menggunakan etilen oksida, yang salah satu efek sampingnya adalah menyebabkan kanker.
Diberitakan Kompas.com, 13 April 2021, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Inggris (DHSC) membantah klaim tersebut.
Pihaknya memastikan bahwa residu etilen oksida setelah sterilisasi pada alat pengambil sampel tes swab berada dalam batas aman.
Selain itu, Otoritas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat juga menyebut, etilen oksida adalah zat kimia yang biasa digunakan dalam mensterilkan peralatan medis.
Etilen oksida digunakan, karena merupakan zat yang paling efektif dalam mensterilkan peralatan medis, tanpa menimbulkan kerusakan pada alat yang disterilkan.
Adapun untuk sterilisasi peralatan medis menggunakan etilen oksida, terdapat dua standar konsensus internasional, yakni ANSI AAMI ISO 11135: 2014 dan ANSI AAMI ISO 10993-7: 2008 (R) 2012.
Kedua standar itu mengatur batas residu etilen oksida dan etilen klorohidrin, yang tertinggal setelah peralatan medis disterilkan menggunakan etilen oksida.
Standar ini membantu memastikan tingkat etilen oksida pada perangkat medis berada dalam batas aman karena paparan jangka panjang terhadap etilen oksida telah dikaitkan dengan kanker.
Tersiar video di media sosial air keran yang dites menggunakan Rapid Test Antigen, maka hasilnya reaktif.
Narasinya menyindir hasil reaktif dari air keran itu dikaitkan dengan pemaksaan karantina Covid-19 dan menyebut bahwa pandemi adalah bentuk penipuan.
Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menegaskan bahwa narasi itu hoaks.